Wednesday, December 12, 2012

!ETOS! SM 3T adalah Sarjana, adalah Pekerja Pendidikan

Google Ads



...maka menjadi peserta SM-3T adalah kemestian di sebuah fase kehidupan kami akhirnya. Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal adalah entitas yang sebenarnya terlalu mewah bagi kami untuk begitu saja menerimanya dengan sebuah kepercayaan diri tanpa menyertakan dominasi estimasi kesungguhan untuk lebih dari sekadar mempertanggungjawabkannya. Pada status "Sarjana" yang melekat pada kami adalah posisi begitu rawan jika kandungan keilmuannya tidak selalu rajin kami munculkan. Pada etos predikatif "Mendidik" yang menjadi tugas mutlak kami merupakan kosakata multiinterpretasi untuk mengerahkan suprakualitatif kami, jika tidak ingin menanggung dosa sebab salah menerjemahkannya ke ranah praksis. Belum lagi, ketika keseluruhan resiko logis tersebut harus kami realitaskan pada Daerah "3T" yang tidak pernah kami hadirkan dalam pembacaan dan pengalaman kami sebelumnya.
Aktivasi identitas yang sungguh memproklamirkan sejumlah tagihan, bahwa kumpulannya kami ini merupakan kumpulan disiplin keilmuan dan pemahaman berbagi yang cukup, bahwa interaksinya kami ini adalah interaksi keharmonisan dan jalinan kesahajaan yang lengkap, dan bahwa kontribusi kami nantinya yaitu kontribusi yang menyentuh setiap sisi komprehensif relung kemanusiaan. Aksentuatifnya pada kami sudah pasti memampukan diri kami mengartikulasikan seluruh tafsir kata "kami bisa" beserta internalisasinya pada sisi intrinsik dan ekstrinsik kata tersebut. Sekaligus untuk meyakinkan masyarakat agar kelak lebih leluasa menyapa kami dengan seruan "Pak!" dan "Bu!" dengan konsekuensi denotasi identitas terburuk di belakangnya, jika sampai kami di mata dan hati masyarakat sekitar kami nantinya, tidak lebih dari manusia karbitan yang menjadikan kepesertaan ini sebagai "lubang tikus" pragmatisme jenjang karir.

Untuk sebuah penempatan yang tidak dibolehkan mencemari sedikit pun sublimasi suci budaya daerah penugasan. Keberadaan kami yang bukan diharuskan untuk menyemarakkan suatu perhelatan kompetitif. Tapi persenyawaan dari determinasi unsur-unsur yang ekuivalen terhadap nilai-nilai dasar kerendahan hati keilmuan dengan kebesaran jiwa kultur kemanusiaan yang ada.

Sumber:



Google Ads
Facebook Twitter Google+

 
Back To Top