Thursday, April 4, 2013

Kisah guru daerah terpencil dalam "Beta Guru Sudah"

Google Ads

Jakarta (ANTARA News) - Para guru dari Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa yang mengajar di daerah-daerah terpencil menuangkan pengalaman mereka dalam buku "Beta Guru Sudah".

"Banyak hikmah yang dapat diambil dari kisah perjalanan SGI, dan itu akan lebih bermanfaat ketika disampaikan kepada seluruh guru Indonesia. Itulah alasan kami menerbitkan buku ini," kata Syaiful Hadi, guru model SGI dan penulis buku "Beta Guru Sudah." 

Pada acara peluncuran buku dalam Temu Guru Nasional 2013 di Wisma ANTARA, Jakarta, Kamis, Syaiful mengatakan mengajar di daerah terpencil merupakan sebuah perjalanan panjang yang keberhasilannya tidak dapat dihitung hanya dalam satu atau dua tahun.

Ia mengatakan, menjadi guru terpencil bukanlah pekerjaan mudah yang hasilnya baru bisa dilihat dalam waktu lama.

"Idealisme, semangat, dan pengorbanan adalah modal utama yang dimiliki oleh guru yang ditempatkan di daerah terpencil. Apakah ini mudah? Tentu tidak," katanya.

"Banyak tantangan yang dihadapi oleh guru-guru yang mengajar di pelosok, mulai dari menghadapi masalah siswa, guru rekan kerja, kepala sekolah, masyarakat sekitar, hingga kebijakan-kebijakan daerah," lanjutnya.

Guru daerah terpencil, ia menjelaskan, dituntut mampu menjaga profesionalisme dalam kondisi daerah yang serba terbatas.

"Mengajar di daerah pelosok butuh tenaga yang luar biasa untuk mengubah kebiasaan negatif siswa, seperti tidak mandi pagi kalau mau ke sekolah, bolos hanya untuk bermain, tidak sikat gigi, dan lain-lain," tuturnya. 

Syaiful adalah guru SGI yang ditempatkan di pelosok Sambas, Kalimantan Barat, selama satu tahun.

"Satu tahun adalah waktu yang singkat untuk melakukan perubahan pola pikir masyarakat. Saya merasa belum berkontribusi apa-apa untuk sekolah. Namun setidaknya saya dan rekan-rekan berusaha untuk memperbaiki itu," katanya. 

"Lebih baik menjadi lilin yang memberikan sedikit cahaya daripada selalu menyalahkan gelap. Lebih baik sedikit melakukan daripada selalu mengeluhkan keadaan," ujar guru SGI itu.

Direktur SGI Dompet Dhuafa, Asep Sapa`at, mengatakan 31 guru SGI angkatan ketiga disebar ke sekolah-sekolah di beberapa wilayah termasuk Belitung, Lampung, Sambas, Dompu, Buton, dan Lebak.

"Untuk biaya operasional para guru itu 100 persen ditanggung oleh Dompet Dhuafa," jelasnya.


Sumber
Google Ads
Facebook Twitter Google+

 
Back To Top