Thursday, April 4, 2013

Membidik pendidik di timur Indonesia

Google Ads
M DARMANSYAH HASBI | Foto : Lembata @orangflores.com

KAMIS, 28 Maret 2013. Tepat pukul 08.00 WITA pesawat Susi Air berhasil lepas landas dengan mulus. Di balik kaca itu masih terlihat wajah-wajah berwibawa yang kian lama mulai hilang dari pandangan kami. Rasa sedih tampak terlihat dari puluhan wajah anak muda yang berdiri di balik pagar Bandara Wunopito. Lambaian tanganpun tak henti dilakukan sekalipun pesawat yang membawa tim monev semakin tak terlihat. Tak peduli terik matahari pagi mencabik-cabik kulit, kami cuma tidak mau melewatkan untuk terakhir kalinya wajah yang telah menemani perjalanan kami, kebersamaan, kepedulian, keikhlasan dan rasa kasih sayang yang diberikan sekalipun cuma dua hari tetapi bagi kami dua hari sudah cukup untuk mengobati kerinduan selama enam bulan, kerinduan atas kampung halaman, keluarga, sahabat, guru bahkan kuah pliek.
Selasa pagi, 26 Maret 2013. 74  guru Sarjana Mendidik di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluat (SM-3T) dengan jaket hitam berlogo Unsyiah dan Maju bersama membanjiri Bandara Wunopito Lewoleba. Mereka bak menunggu tamu negara yang sangat dihormati. Ya. Mereka adalah tamu terhormat dan amat istimewa bagi kami, Prof. Dr. M. Yusuf Aziz, M.Pd, ; Dr. Djailani, M.Pd dan Al-Qudri, ST.
Ketiga orang ini adalah orang pertama dari luar pulau yang menjenguk kami selama enam bulan terakhir  tepatnya separuh masa tugas kami di Pulau Lembata ini. Mereka adalah para orang tua yang menjenguk anaknya di perantauan. Karena mereka kami anggap sebagai tamu negara, maka banyak hal yang kami persiapkan seolah sedang melayani tamu negara, mulai dari menyusun skedul monev, penjemputan sampai pendampingan (mengawal) kemana saja mereka pergi.
Ketika petugas bandara membuka pintu pesawat, mulai terlihat kegaduhan bahkan teriakan dari teman-teman seperti anak kecil yang sekian lama tidak berjumpa dengan orang tuanya dan melihat orang tuanya dari kejauhan. Bisa dibayangkan kerinduannya.! Kerumunan pemuda berjaket hitam ini membuat sedikit kegaduhan di Bandara namun pihak bandara tidak ada yang menegur, mungkin mereka bisa memakluminya dan kegaduhan yang diciptakan pun bukanlah kegaduhan yang mengganggu.
Begitu keluar dari lobi bandara tampak terlihat wajah penuh haru dari tim monev begitu halnya dengan kami, bahkan ada teman-teman yang sampai mengeluarkan air mata, bukan cengeng tapi ini lumrah alamiah manusia. Di depan bandara kami melakukan kangen-kangenan dengan menyalami tim monev bagaikan anak dan bapak dengan sedikit perbincangan kecil sambil membantu membawakan barang bawaan mereka, sampai ada yang berebutan untuk mengangkat barang, sangat terasa bahwa jiwa ketimuran sudah terdoktrin dalam diri guru SM3T ini, hal itulah yang dilakukan oleh anak-anak kami di sekolah, selalu membantu gurunya dalam segala hal, mereka tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diiginkan pada guru mereka, guru adalah segala-galanya. Sebuah kebanggaan bisa membuat orang yang ditolong (guru) merasa senang di wilayah timur ini.
Dari bandara kami membawa mereka ke Hotel Lembata Indah sebagai tempat penginapan mereka selama di Pulau Lembata ini. setelah menunggu sekian lama, mobil dinas yang telah dipersiapkan tak kunjung tiba, setelah kami cari tau rupanya terjadi kerusakan pada mobil tersebut dan sedang diperbaiki sehingga kami memilih menggunakan sepeda motor untuk mengantar tim monev ke penginapan. Awalnya kami merasa tidak enak dan segan untuk membawa mereka dengan sepeda motor karena bagi kami mereka adalah orang terhormat dan kami takut mereka marah dan merasa tidak dihargai. Tapi apa yang kami pikirkan semuanya salah besar. Mereka sangat senang dan bangga bisa naik sepeda motor yang biasa digunakan oleh guru SM3T ke tempat tugas. Sepeda motor yang selalu menemani perjalanan kami mendaki gunung, melewati lembah dengan jalan bebatuan dan berlumpur, mereka ingin merasakan bagaimana susahnya perjuangan kami dalam menjalankan tugas negara ini.
Setelah istirahat sejenak di hotel, agenda selanjutnya mengunjungi sekolah penempatan guru SM3T, sasaran yang kami pilih adalah Kecamatan Ile Ape, karena di kecamatan tersebut masih ada sekolah yang melaksanakan kegiatan belajar-mengajar padahal sekolah lain sudah libur untukhari raya Paskah. Dengan menumpangi mobil Dinas Pendidikan dan didampingi oleh 10 motor kami menuju SMPN 1 dan 2 Ile Ape dengan jarak tempuh kurang lebih tiga jam dengan jalan berlobang dan bebatuan. “Ini adalah lokasi terdekat peserta SM3T pak,”kata ketua kelompok.
Banyak pengalaman yang mereka dapati selama perjalanan, mulai dari asiknya perjalanan di pedalaman, pemandangan yang indah, semangat anak-anak untuk sekolah, keramah-tamahan masyarakat setempat sampai kerukunan umat beragama. Selama ini mereka hanya mendengar saja bahwa mansyarakat di Lembata sangat rukun, ramah dan santun tapi pada hari itu mereka melihat dan meresakan langsung apa yang mereka dengar selama ini.
Setelah melaksanakan kunjungan ke sekolah, agenda selanjutnya adalah nonton bareng sepak bola antara SM-3T Aceh vs PS Lamoholot, di mana PS Lamoholat diperkuat oleh pemain-pemain terbaik Kabupaten Lembata. Permainan penuh rasa silaturrahmi dan menghibur dipertontonkan di depan ratusan penonton dan berakhir dengan skor 1-1.  
Keesokan harinya, Rabu, 27 Maret kami membuat kegiatan “Temu Ramah dan Diskusi” bersama tim monev yang membahas seputar pendidikan dan khususnya tentang SM3T. Kegiatan yang sangat meriah yang dihadiri oleh seluruh guru SM3T dan Dinas Pendidikan membuat kesan positif terhadap guru SM3T karena tidak mudah membuat kegiatan besar yang menghadirkan banyak orang dalam waktu yang singkat bahkan dalam hitungan jam.
Kegiatan seperti ini merupakan alternatif yang kami buat untuk bisa mengumpulkan teman-teman SM3T yang tempat tugasnya jauh dari pusat kota karena tidak mungkin mengajak tim monev  mengunjungi 43 sekolah penempatan SM3T dengan waktu yang sangat terbatas belum lagi jarak tempuh yang sangat jauh dan medan yang mengerikan, sekalipun sebuah harapan dan kebanggaan tersendiri bagi kami dan masyarakat setempat kalau seandainya tim monev apalagi seorang Profesor dan Doktor mengunjungi sekolah dan desa kami. Pasti akan luar biasa.
Setelah pertemuan di Aula SD Inpres, kegiatan tim monev selanjutnya adalah mengunjungi rumah orang tua asuh, rumah para guru SM3T tinggal biarpun ada beberapa guru SM3T yang tinggal di kos tapi mereka tetap mempunyai orang tau asuh yaitu orang tua tempat mereka mengadu dan berlindung. Perlu diketahui bahwa 74 guru SM3T mempunyai orang tua asuh di ibu kota kabupaten dan mayoritas tinggal di Desa Wangatoa Kecamatan Nubatukan. Mereka beragama islam dan berasal dari berbagai profesi mulai dari guru, camat, dan PNS di Pemda Kabupaten Lembata. Mereka adalah orang-orang baik yang menyayangi kami seperti menyayangi anak mereka sendiri. 
Teman-teman yang bertempat tugas di daerah non muslim seperti Kecamtan Atadei satu minggu sekali yaitu setiap hari Jumat pagi pasti pulang ke ibu kota kabupaten untuk melaksanakan salat Jumat sekalian pulang ke rumah orang tua asuh. Berbeda dengan teman-teman yang bertugas di daerah yang ada muslimnya otomatis di sana pasti ada masjid, biasanya mereka pulang ke ibu kota kabupaten dan ke rumah orang tua asuh dua minggu sekali. Dalam waktu setengah hari tidak mungkin mengunjungi semua rumah orang tua asuh kami satu persatu, untuk menyiasatinya kami memilih rumah yang ditempati guru SM3T paling banyak yaitu rumah pak Ramli Sarabiti, pak Ramli mempunyai anak asuh delapan orang, semuanya adalah laki-laki, untuk orang tua asuh yang tidak sempat dikunjungi kami mempertemukan orang tua asuh dengan tim monev di masjid sekalian salat Magrib dan Isya bersama.
Kembali keramahan yang diperlihatkan oleh orang tua asuh membuat tim monev kagum. Perbincangan hangat dengan secangkir kopi dan beberapa potong kue membuat suasana semakin hangat. Tim monev memberikan nilai sangat puas setelah pulang dari rumah pak Ramli Sarabiti. Beranjak dari rumah pak Ramli kami membawa mereka ke tempat kos beberapa teman putri dengan sepeda motor keluaran Jepang ( Honda Win) dengan suara kenalpot khas pedalaman yang sedikit ribut sehingga menjadi perhatian banyak pengguna jalan, tapi Alhamdulillah tidak ada rasa malu bahkan gengsi dari tim monev. Ada sembilan orang teman putri yang tinggal di kos tersebut dengan sembilan kamar masing-masing kamar ditempati satu orang. Karena 99 persen yang ngekos di sana adalah anak Aceh sehingga pemiliknya memberi nama Kos Putri Aceh.
Tak terasa sudah magrib, kami melaksanakan salat magrib di Mesjid Nursalam atau mesjid atap merah nama lain yang biasa kami sebut karena mesjid bantuan mantan Almarhum presiden Suharto itu mempunyai atap berwarna merah. Masjid ini berada di desa mayoritas guru SM3T tinggal dan juga Mesjid yang digunakan untuk pertemuan dan silaturahmi dengan para orang tua asuh yang tidak sempat dikunjungi setengah hari tadi. Setelah salat Magrib Prof. Dr. M. Yusuf Azis, M.Pd selaku perwakilan tim monev diminta oleh para jamaah untuk memberikan ceramah agama sambil menunggu waktu  Insya.
Ceramah adalah agenda yang tidak kami rencanakan tapi untuk kemaslahatan apalagi tim monev menyetujui tidak salah untuk melaksanakannya. Ceramah dengan tema keutamaan silaturrahmi membuat ilmu para jamah bertambah terutama kami guru SM3T yang sudah lama tidak pernah mendengar ceramah dari orang Aceh. Setelah salat Insya temu ramah dan silaturrahmi dengan para orang tua asuhpun terlaksana dengan sederhana dan penuh hikmat.
Kegiatan silaturrami dengan para orang tua asuh menutup seluruh rangkaian kegiatan tim monev selama berada di Pulau Lembata ini. Keesokan harinya mereka harus kembali ke Banda Aceh untuk melaksanakan tugas-tugas yang mereka tunda demi menjenguk anak-anaknya yang berada jauh di timur Indonesia. Bayak sekali pengalaman yang mereka dapat selama di pulau ikan paus ini, pengalaman yang belum tentu bisa mereka dapat di daerah lain khususnya Aceh, bagaimana keramah-tamahan orang timur, kerja keras, semangat dalam belajar, sopan santun dan pengahargaan untuk guru.
Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Lembata boleh kita bilang wilayah miskin tetapi mereka punya penduduk dengan hati sangat kaya. Kulit mereka hitam tapi hati mereka putih, wajah dan penampilan mereka seperti preman tapih hati mereka beriman. Mereka kaya akan keihlasan dalam melakukan sesuatu.
Salam hangat dengan penuh semangat dari Lembata
Kamis, 28 Maret 2013.

M. Darmansyah Hasbi adalah Guru SM-3T Aceh,
penempatan Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur

Google Ads
Facebook Twitter Google+

 
Back To Top